Selasa, 15 Juli 2008

BUDAYA DAN INOVASI

Dalam sebuah iklan lowongan kerja di majalah The Economist belum lama ini tertulis “Kesuksesan Irlandia terletak pada kemampuan alami orang-orangnya dalam melakukan inovasi”. Bagian dari iklan ini yang mengaitkan daya saing
ekonomi dengan inovasi telah semakin diterima sebagai sebuah kebenaran. Negara-negara maju dan
perusahaan-perusahaan terkemuka juga terpacu oleh mantra inovasi.

Pada tahun 1985, Michael Porter menulis “Perusahaan-perusahaan menciptakan keunggulan kompetitif dengan cara melihat atau menemukan cara yang baru yang lebih baik untukberkompetisi yang pada ujungnya adalah sebuah tindakan inovasi”. Lebih daridua puluh tahun kemudian, sebuah survei yang dilakukan perusahaan konsultan BoozAllen menemukan bahwa 80 persen eksekutif senior menyebutkan bahwa inovasimerupakan salah satu faktor penting bagi
kkesuksesan perusahaan mereka.Untungnya bagi negara-negara berkembang, bagian iklan di majalah The Economist
yang mengaitkan inovasi dengan kebangsaan (dalam hal ini ras) merupakan taktik pemasaran belaka. Tapi mengapa beberapanegara lebih inovatif dari negara lainnya? Ada banyak faktor-faktor umum yangterkait dengan iklim bisnis inovatif, mulai dari kebijakan dan peraturan yang sederhana, jelas, dirancang dengan mempertimbangkan kepentingan sektor swasta dandilaksanakan oleh pejabat pemerintah yangkompeten. Faktor umum penting yang lain adalah tingkatan dan penyebaran pengetahuan dalam sebuah masyarakat dan dalam suatu lingkungan usaha. Paktor-faktorumum ini dapat dan telah berhasil diterapkan, seperti misalnya di Korea Selatan,
yang setengah abad terakhir telah berinvestasi di bidang pendidikan dan reformasi kebijakan, sehingga menjadikan negeri itu sebuah kekuatan ekonomi dunia.Dimanakah peringkat Indonesia pada skala inovasi? Kajian pada beberapa negarayang memiliki industri maju dapat memberikan suatu gambaran. Indonesia masih sangat bergantung pada industri-industri penambangan atau eksploitasi sumberdaya alam yang bernilai relatif rendah, seperti bahan bakar mineral dan pertanian. Beberapa industri ini masih cukup kuat, bukan karenainovasinya, namun karena Indonesia didukung olah sumber daya alam yang sangat dibutuhkan. Industri manufaktur ringan Indonesia seperti garmen dan industri alas kaki, yang dulu pernah memimpin karena upah buruh yang rendah, telah kehilangan sebagian daya saingnya karena mereka tidak mengantisipasi ataupun menyesuaikan diri dengan dinamika pasar dan pesaing termasuk kenyataan bahwa tenaga kerja murahtelahmenjadikomoditiglobal).
Keunggulan kompetitif semakin dicapai melaluidiferensiasisepanjangrantaipasokan. Pembeli pakaian asing, dulu cukup puas dengan pemasok yang memotong, membuat dan merapikan, sekarang lebih memilih pemasok yang penyediakan kain, mendesain,memotong, membuat, merapikan, menyelesaikan, mengemas, dan mengirimkan.Kebanyakan perusahaan garmen Indonesia tidak dapat melakukan semua kegiatan ini.Untungnya, ada banyak penelitian, pengalaman dan kerangka instruktif tentang bagaimana cara menciptakan sebuah strategi inovasi bisnis yang sukses. Sebagian dari dokumen ini tedapat pada rubrik “To Learn More” pada edisi “Competitiveness at the Frontier” ini. Peneliti dan begawan bisnis membahas inovasi pada tingkat yang berbeda-beda. Ada “hasil akhir,” yang diwujudkan dalam bentukproduk-produk baru, proses dan usaha bisnis;ada “metode”, yang dijawantahkan dalam fokus yang jelas, disiplin dan pertimbangan;tapi apa yang paling ditekankan para ahli sebagai syarat paling mendasar bagi sebuah inovasi bisnis adalah budaya organisasi. Struktur organisasi tradisional, dengan sistem pengambilan keputusan secara hirarkis dan terpusat, merupakan racun bagi inovasi. Walau tidak ada cetak-biru untuk “organisasi inovasi” modern, ada beberapa karakteristik yang sama. Dua dari sifat ini adalah:
Struktur organisasi datar.
1.Struktur ini memiliki sistem komunikasi yang mendatar dan melebar, yang memungkinkan transparansi, penyebaran informasi dan kebebasan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan diri. Pengambilan resiko.
2.Hal ini tidak hanya diperbolehkan, tetapi juga dirangkul dan diberi penghargaan. Resiko yang gagal, dalam organisasi inovatif, jangan pernah menghambat kesempatan dan kemajuan seorang anggota tim. Sebagaimana dikatakan oleh Robert WoodJohnson,mantanorangnomorsatudi Johnson & Johnson: “Jika Anda tidak gagal, dan tidakakansukses.JikaAndatidakdapat berhasil,Andatidakakantumbuh.”Menciptakan struktur organisasi yanginovatif adalah salah satu tantangan terbesar usaha karena hal ini mengharuskan manajer senior mengesampingkan kepercayaan dan praktik yang sudah lama mereka pegang.Bagi kebanyakan usaha, inovasi merupakan tindakan yang “tidak alami” karena ketidakpastiannya terlalu tinggi, jangka waktunya terlalu panjang dan investasinya besar.
Lebih jauh lagi, tidak ada sumber gangguan dan kekhawatiran yang lebih besar dalam jangka pendek selain perubahan
organisasi yang radikal. “Jika Anda ingin membangun organisasi yang membebaskanjiwa manusia, Anda memerlukan prinsip manajemen yang sangat tidak birokratis.”
3 Budaya organisasi inovatif menghasilkan orang yang berperilaku tidak logis dan mendasarkan kerja mereka pada ketidakpastian serta ambiguitas. Konsep ini tidak mudah diterima oleh perusahaan dengan produk dan prosedur operasi standar yang sudah mapan dan masih memikirkan cash flow. Pengalaman menunjukkan bahwa ada beberapa ”jebakan” yang harus diperhatikan dalam mengembangkan karakteristik ini dalam organisasi.Kebanyakanperusahaantidak bisa berbuat terlalu jauh untuk menghasilkan organisasi yang inovatif; perlawanan, khususnya di tingkat atas, terlalu besar.Namun ada pula perusahaan yang justru bertindak terlalu jauh. Kreatif bukan berarti tidak disiplin. Harus ada keseimbangan.“Perusahaan harus dikembangkan melalui serangkaian tindakan penyeimbangan yang menggabungkan kewirausahaan dan manajemen yang disiplin, pemikiran jangka pendek dan panjang, dan proses baru dan mapan.”
4 Inovasi tidak dapat dibeli atau dijual dan tentunya tidak dapat ditiru begitu saja. Inovasi adalah perilaku yang harus dipelajari dan dipertahankan, “hasil dari nilai, ide, teknik, kebiasaan, rutinitas yang diwariskan oleh satu generasi ke
generasi lain – dalam arti warisan sosial.”
5 Walaupun sulit, ada bukti kuat bahwa kinerja keuangan perusahaan dengan struktur organisasi inovatif secara konsisten cenderung lebih baik ketimbang perusahaan dengan struktur organisasi tradisional. Untungnya, tidak ada
negara, termasuk Irlandia, yang secara genetik lebih inovatif dari yang lain. DNA organisasi, seperti halnya DNA biologis, bisa direkayasa.
Steve Smith SENADA Project Director
referensi
1.Porter, M.E. 1985.“The Competitive Advantage Of Nations.”Humble, J., And G. Jones. 1989. “Creating
2.A Climate For Innovation.” Long Range Planning. VOl. 22, No. 4, August 1989, Pp. 46-51.Hamel, G. 2006. “The Why, What, And
3.How Of Management Innovation.” Harvard Business Review. February 2006, P. 72.Garvin, D.A., And L.C. Levesque. 2006.
4.“Meeting The Challenge Of Corporate Entrepreneurship.” Harvard Business Review. October 2006, Pp. 102-112

Tidak ada komentar: